5/17/2013

Pelayan KOMPA Sabtu 18 Mei 2013
Bersekutu dengan Tuhan adalah kunci kemenangan untuk menghadapi kehidupan dunia. Seperti bila seseorang membangun sebuah rumah maka bersekutu dengan Tuhan dapat disamakan dengan membangun rumah di atas batu. Walau datang banjir melanda rumah tersebut namun pondasi yang menjadi pijakan rumah takkan berubah karena dasarnya adalah sebuah kekuatan (batu) yang keras. Pondasi yang kuat adalah sebuah modal untuk menatap kehidupan masa depan yang penuh harapan berlandaskan Kasih Karunia dari Allah. 
Para Pelayan Sabtu 18 Mei 2013 ;
Pelayan Firman                  : Pdt. Mistariani Zega, S.Th
MC                                     : Foryn Daeli
Singers                               : Yuslina Daeli & Andisman Laoli
Kolektan                             : Antarman Mendröfa
Organist                             : Bung Ama Stevi Zendratö

Selamat Melayani. Tuhan Yesus Memberkati.

Pelayan Setiap Hari Sabtu

Pelayan KOMPA Sabtu 4 Mei 2013
Bersekutu dengan Tuhan adalah kunci kemenangan untuk menghadapi kehidupan dunia. Seperti bila seseorang membangun sebuah rumah maka bersekutu dengan Tuhan dapat disamakan dengan membangun rumah di atas batu. Walau datang banjir melanda rumah tersebut namun pondasi yang menjadi pijakan rumah takkan berubah karena dasarnya adalah sebuah kekuatan (batu) yang keras. Pondasi yang kuat adalah sebuah modal untuk menatap kehidupan masa depan yang penuh harapan berlandaskan Kasih Karunia dari Allah. 
Para Pelayan Sabtu 4 Mei 2013 ;
MC                         : Sdr. Rahmat Halawa
Singers                   : Sdri. Grace Zebua & Sdri. Ratna Hia
Musik                     : Sdr. Syukur Selama Zebua
Kolektan                : Sdr. Sarman Lase
Pelayan Firman      : Bapak Ama Yabes Gea.
Ibadah kita mulai jam 19.00 Wib. Mari kita ajak saudara/i kita yang lain.
Tuhan Yesus Memberkati
Salam Pemuda

5/13/2013

Ruang Motivasi

Saat Tuhan Berkata Tidak 

Ivan sebentar lagi berulang tahun, dan dia ingin sekali punya sepeda. Sayang sekali bapak Ivan hanya pengayuh becak, sementara ibunya jadi tukang cuci. Suatu pagi Ivan kecil bertanya kepada ibunya,
“Ibu, benarkah Tuhan itu maha kuasa, maha pengasih, maha mendengar ?”
jawab si ibu, “Tentu saja nak”
“Jadi kalau Ivan minta sepeda sama Tuhan, Tuhan pasti mau dengar ya bu ?
Si ibu mulai bimbang dengan pertanyaan Ivan, kalau dia menjawab iya, besar kemungkinan Ivan akan kecewa karena mereka tidak akan mampu membeli sepeda buat Ivan. Tetapi kalau dia menjawab tidak, maka dia akan memberikan jawaban yang salah. Dengan ragu-ragu si ibu menjawab “Tentu saja nak ”
“Kalau gitu Ivan akan minta hadiah sepeda kepada Tuhan saat ulang tahun Ivan”

Hari berganti hari si ibu selalu memikirkan ucapan dan impian Ivan kecil. Tak terasa ulang tahun Ivan sudah lewat seminggu dan tentu saja tidak ada sepeda baru buat Ivan. Tetapi Ivan sama sekali tidak bersedih, justru setiap pulang sekolah ivan semakin rajin membantu ibunya mengantar cucian ke pelanggan-pelanggan ibunya. Semakin hari, semakin si ibu penasaran karena dia tahu betul Ivan tak akan pernah melupakan impiannya. Hingga suatu siang si ibu bertanya pada Ivan,
“Van, apakah engkau tidak meminta hadiah sepeda kepada Tuhan ?”
jawab Ivan kecil “Ivan tiap hari berdoa pada Tuhan agar diberi sepeda”
“Terus apa jawab Tuhan kepadamu nak?”
“Tuhan bilang, kalau Ivan rajin bantu ibu dan menyimpan apa yang Ivan terima selama membantu ibu, tahun depan Ivan dapat hadiah sepeda”
si ibu hanya diam dan menghela nafas panjang, tahun ini dia harus menyisihkan sedikit dari hasil mencucinya agar tahun depan dapat membelikan sepeda Ivan.

Minggu berganti bulan, bulan berganti tahun, ulang tahun ivan sudah dekat. Dan Ivan masih tetap setia dan rajin membantu ibunya mengambil dan mengantar cucian ke tempat langganan si ibu. Dua hari sebelum hari ulang tahun Ivan, si ibu memecahkan tabungan tanah liat tempat dia menabung untuk membelikan sepeda buah hatinya. Mendadak ada kabar buruk, sang bapak harus masuk rumah sakit karena tabrak lari dan seluruh tabungan si ibu habis untuk menebus obat dan memperbaiki becak sang bapak.

Kembali si ibu termenung, dia merasa tidak bisa memenuhi permintaan Tuhan melalui Ivan. Keesokan harinya, saat Ivan berulang tahun, si ibu bertanya kembali kepada Ivan
“Ivan, apa yang kau minta kepada Tuhan untuk hadiah ulang tahunmu tahun ini ?”
Jawab Ivan “Tidak ada ibu ….”
Si ibu sedih sekali karena dia mengira Ivan sudah tidak percaya janji Tuhan kepada Ivan. Kemudian si ibu bertanya, “Kenapa ? apa karena Tuhan tidak memberimu hadiah sepeda ?”
Si Ivan kecil tersenyum dan menjawab, “Tidak ibu, karena tahun ini Tuhan memberi 2 hadiah sekaligus, sepeda buat Ivan dan tas besar untuk mengantar cucian”
si ibu tersentak dan merasa curiga, darimana ivan memperoleh kedua barang tersebut. dengan nada curiga “Darimana kamu memperoleh uang untuk membeli sepeda dan tas itu nak ?”
Lalu Ivan bercerita bahwa setiap kali dia mengambil dan mengantar cucian, seringkali pelanggan ibunya memberi tips kepada Ivan antara 500 rupiah sampai 1500 rupiah. Kadang uang kembalian ongkos cuci diberikan kepada Ivan. Dan Ivan menyimpan seluruh pendapatan yang dia peroleh sesuai dengan apa yang Tuhan perintahkan. Dan dia melakukan itu dengan senang hati tanpa bertanya, tanpa menghitung berapa yang dia peroleh. Sehari sebelum Ivan berulangtahun Ivan membuka tabungannya dan pergi ke toko sepeda, ternyata toko sepeda tadi sedang mengadakan promosi, untuk pembelian sepeda baru mereka memberikan hadiah sebuah backpack besar.

Begitu selesai bercerita, si ibu menangis dan memeluk Ivan erat-erat.

Dalam hidup kita sering kecewa dan merasa Tuhan tidak mau mendengarkan doa kita, kita seringkali marah dan merasa ditinggalkan Tuhan. Kita tidak lagi memiliki iman bahwa apapun yang dianugerahkan Tuhan kepada kita saat ini adalah yang terbaik bagi kita. Bahkan seringkali Tuhan menempa kita, mengajar kita dengan pengetahuan yang cukup sebelum Tuhan mengabulkan keinginan kita. Segala sakit, segala kesedihan merupakan anugerah dari Tuhan agar kita menjadi lebih baik.

Ruang Motivasi

 Makna Sebuah Integritas 
 “Jadilah teladan bagi orang-orang percaya, dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu” (1 Timotius 4:12b)

PROLOG

Kata integritas berasal dari bahasa Inggris yakni integrity, yang berarti menyeluruh, lengkap atau segalanya. Kamus Oxford menghubungkan arti integritas dengan kepribadian seseorang yaitu jujur dan utuh. Ada juga yang mengartikan integritas sebagai keunggulan moral dan menyamakan integritas sebagai “jati diri”. Integritas juga diartikan sebagai bertindak konsisten sesuai dengan nilai-nilai dan kode etik, Dengan kata lain integritas diartikan sebagai “satunya kata dengan perbuatan”. Paul J. Meyer menyatakan bahwa “integritas itu nyata dan terjangkau dan mencakup sifat seperti: bertanggung jawab, jujur, menepati kata-kata, dan setia. Jadi, saat berbicara tentang integritas tidak pernah lepas dari kepribadian dan karakter seseorang, yaitu sifat-sifat seperti: dapat dipercaya, komitmen, tanggung jawab, kejujuran, kebenaran, dan kesetiaan.

Konon, di Tiongkok kuno orang menginginkan rasa damai dari kelompok Barbar utara, itu sebabnya mereka membangun tembok besar. Tembok itu begitu tinggi sehingga mereka sangat yakin tidak seorang pun yang bisa memanjatnya dan sangat tebal sehingga tidak mungkin hancur walau pun didobrak. Sejak tembok itu dibangun dalam seratus tahun pertama, setidaknya Tiongkok telah diserang tiga kali oleh musuh-musuhnya, namun tidak ada satu pun yang berhasil masuk karena temboknya yang tinggi, tebal dan kuat. Suatu ketika, musuh menyuap penjaga pintu gerbang perbatasan itu. Apa yang terjadi kemudian? Musuh berhasil masuk.

Orang Tiongkok berhasil membangun tembok batu yang kuat dan dapat diandalkan, tetapi gagal membangun integritas pada generasi berikutnya. Seandainya, penjaga pintu gerbang tembok itu memiliki integritas yang tinggi, ia tidak akan menerima uang suap itu yang tidak hanya menghancurkan dirinya tapi juga orang lain.

Betapa sering kita meremehkan dan memandang sebelah mata terhadap arti penting sebuah integritas. Padahal, walaupun ada pengorbanan dan harga yang harus dibayar demi sebuah integritas, akan lebih banyak risiko dan akibat fatal yang terjadi jika harus mengorbankan integritas. Bila kita tidak memperhatikan sikap dan tindakan, kenikmatan sesaat seringkali berujung pada akibat buruk yang berkepanjangan.

MAKNA INTEGRITAS

Suatu penelitian menyatakan bahwa perbedaan antara negara berkembang (miskin) dan negara maju (kaya) tidak tergantung pada usia negara itu. Contohnya negara India dan Mesir, yang usianya lebih dari 2000 tahun, tetapi mereka tetap terbelakang (miskin). Di sisi lain Negara seperti Singapura, Kanada, Australia dan New Zealand, negara yang umurnya kurang dari 150 tahun dalam membangun, saat ini mereka adalah bagian dari negara maju di dunia, dan penduduknya tidak lagi miskin.

Ketersediaan sumber daya alam dari suatu negara juga tidak menjamin negara itu menjadi kaya atau miskin Jepang mempunyai area yang sangat terbatas, di mana daratannya delapan puluh persen berupa pegunungan dan tidak cukup untuk meningkatkan pertanian dan peternakan Tetapi, saat ini Jepang menjadi raksasa ekonomi nomor dua di dunia. Jepang laksana suatu negara “industri terapung” yang besar sekali, mengimpor bahan baku dari semua negara di dunia dan mengekspor barang jadinya. Swiss tidak mempunyai perkebunan coklat tetapi sebagai segara pembuat coklat terbaik di dunia. Negara Swiss sangat kecil, hanya sebelas persen daratannya ang bisa ditanami. Swiss juga mengolah susu dengan kualitas terbaik. (Nestle adalah salah satu perusahaan makanan terbesar di dunia). Bank-bank di Swiss juga saat ini menjadi bank yang sangat disukai di dunia.

Para eksekutif dari negara maju yang berkomunikasi dengan temannya dari negara terbelakang akan sependapat bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan dalam hal kecerdasan. Para imigran yang dinyatakan pemalas di negara asalnya ternyata menjadi sumber daya yang sangat produktif di negara-negara maju dan kaya di Eropa. Ras atau warna kulit juga bukan faktor penting.

Lalu, apa perbedaannya? Perbedaannya adalah pada sikap atau perilaku masyarakatnya, yang telah dibentuk sepanjang tahun melalui kebudayaan dan pendidikan. Berdasarkan analisis atas perilaku masyarakat di negara maju, ternyata bahwa mayoritas penduduknya sehari-harinya mengikuti dan mematuhi prinsip-prinsip dasar kehidupan yang salah satu dari prinsip dasar itu adalah integritas diri.

Apakah makna integritas bagi kita? Pertama, integritas berarti komitmen dan loyalitas. Apakah komitmen itu? Komitmen adalah suatu janji pada diri sendiri ataupun orang lain yang tercermin dalam tindakan-tindakan seseorang. Seseorang yang berkomitmen adalah mereka yang dapat menepati sebuah janji dan mempertahankan janji itu sampai akhir, walau pun harus berkorban. Banyak orang gagal dalam komitmen. Faktor pemicu mulai dari keyakinan yang goyah, gaya hidup yang tidak benar, pengaruh lingkungan, hingga ketidakmampuan mengatasi berbagai persoalan kehidupan. Gagal dalam komitmen menujukkan lemahnya integritas diri

Kedua, integritas berarti tanggung jawab. Tanggung jawab adalah tanda dari kedewasaan pribadi. Orang yang berani mengambil tanggung jawab adalah mereka yang bersedia mengambil risiko, memperbaiki keadaan, dan melakukan kewajiban dengan kemampuan yang terbaik. Peluang menuju sukses terbuka bagi mereka. Sementara itu, orang yang melarikan diri dari tanggung jawab merasa seperti sedang melepaskan diri dari sebuah beban (padahal tidak demikian). Semakin kita lari dari tanggung jawab, semakin kita kehilangan tujuan dan makna hidup. Kita akan semakin merosot, merasa tidak berarti dan akhirnya menjadi pecundang (penghasut).

Ketiga, integritas berarti dapat dipercaya, jujur dan setia. Kehidupan kita akan menjadi dipercaya, apabila perkataan kita sejalan dengan perbuatan kita; tentunya dalam hal ini yang kita pandang baik atau positif. Sebuah pribahasa mengatakan “Kemarau setahun akan dihancurkan oleh hujan sehari”, yang artinya segala kebaikan kita akan runtuh dengan satu kali saja kita berbuat jahat.

Keempat, integritas berarti konsisten. Konsisten berarti tetap pada pendirian. Orang yang konsiten adalah orang yang tegas pada keputusan dan pendiriannya tidak goyah. Konsisten bukan berarti sikap yang keras atau kaku. Orang yang konsisten dalam keputusan dan tindakan adalah orang yang memilih sikap untuk melakukan apa yang benar dengan tidak bimbang, karena keputusan yang diambil beradasrkan fakta yang akurat, tujuan yang jelas, dan pertimbangan yang bijak. Selalu ada harga yang harus dibayar untuk sebuah konsistensi dimulai dari penguasaan diri dan sikap disiplin.

Kelima, berintegritas berarti menguasai dan mendisiplin diri. Banyak orang keliru menggambarkan sikap disiplin sehingga menyamakan disiplin dengan bekerja keras tanpa istirahat. Padahal sikap disiplin berarti melakukan yang seharusnya dilakukan, bukan sekedar hal yang ingin dilakukan. Disiplin mencerminkan sikap pengendalian diri, suatu sikap hidup yang teratur dan seimbang.

Keenam, berintegritas berarti berkualitas. Kualitas hidup seseorang itu sangat penting. Kualitas menentukan kuantitas. Bila kita berkualitas maka hidup kita tidak akan diremehkan. Kitab Suci menuliskan dengan gamblang tentang kehidupan para tokoh Alkitab, ada yang gagal ada yang berhasil. Integritas hidup berkualitas adalah kehidupan yang membiarkan orang luar menilai diri kita. Pada saat menyenangkan ataupun pada saat tidak menyenangkan.

EPILOG

Di dalam bukunya You and Your Family, Dr. Tim La Haye memberikan diagram silsilah dua orang yang hidup pada abad 18. Yang pertama adalah Max Jukes, seorang penyelundup alkohol yang tidak bermoral. Yang kedua adalah Dr. Jonathan Edwards, seorang pendeta yang saleh dan pengkhotbah kebangunan rohani. Jonathan Edwards ini menikah dengan seorang wanita yang mempunyai iman dan filsafat hidup yang baik. Melalui silsilah kedua orang ini ditemukan bahwa dari Max Jukes terdapat 1.026 keturunan: 300 orang mati muda, 100 orang dipenjara, 190 orang pelacur, 100 orang peminum berat. Dari Dr. Edwards terdapat 729 keturunan: 300 orang pengkhotbah, 65 orang profesor di universitas, 13 orang penulis, 3 orang pejabat pemerintah, dan 1 orang wakil presiden Amerika. Dari diagram tersebut kita bisa melihat bahwa kebiasaan, keputusan dan nilai-nilai dari generasi terdahulu sangat mempengaruhi kehidupan generasi berikutnya.

Sekitar tahun 65 M silam, Rasul Paulus menasehati pemimpin muda Timotius agar menjadi teladan “dalam perkataanmu, dalam tingkah lakumu, dalam kasihmu, dalam kesetiaanmu dan dalam kesucianmu”. Keteladan ini adalah syarat paling penting bagi Paulus maupun Timotius sebagai pemimpin Kristen pada masa itu. Kata “teladan” ini dalam bahasa Yunani adalah “tufos” yang berarti “model, gambar, ideal, atau pola”. Menurut pengertian ini orang Kristen harus menjadi teladan dalam perkataan dan tindakan. Menjadi teladan dalam perkataan dan perbuatan inilah yang sekarang ini kita sebut sebagai “integritas”, karena pada dasarnya integritas adalah “satunya kata dengan perbuatan”. Amin.

Sumber : http://artikel.sabda.org/makna_sebuah_integritas